Indramayu, Jawa Barat – Semangat untuk menunaikan ibadah haji dapat diwujudkan dengan berbagai cara, tetapi apa yang dilakukan oleh Ustadz Katori (60), seorang warga Desa Segeran Lor, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, benar-benar luar biasa. Dengan tekad bulat dan penuh keikhlasan, ia memilih menempuh perjalanan panjang menuju Tanah Suci menggunakan sepeda ontel kesayangannya.
Perjalanan ini menjadikan Ustadz Katori sebagai orang pertama dari Indramayu, bahkan di Indonesia, yang akan naik haji dengan sepeda. Keberangkatannya pada Kamis, 20 Februari 2025, disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat. Dengan iringan marching band, tabuhan rebana, dan lantunan doa, perjalanan penuh harapan itu pun dimulai.
Awal Perjalanan: Niat Suci dan Persiapan Matang
Ustadz Katori bukan sekadar bersepeda untuk berpetualang, melainkan menjalankan ibadah haji dengan cara yang unik dan penuh perjuangan. Dengan pakaian sederhana, peci putih di kepala, dan sepeda ontel yang telah dimodifikasi untuk perjalanan jauh, ia membawa perlengkapan penting seperti:
Alat perbaikan sepeda untuk mengatasi kendala teknis di perjalanan.
Bekal makanan dan minuman secukupnya untuk menjaga stamina.
Paspor dan dokumen perjalanan lainnya, meskipun sempat mengalami kendala dalam pengurusan visa.
Dalam wawancaranya sebelum berangkat, ia menyampaikan bahwa perjalanan ini adalah wujud pengorbanan dan ketulusan dalam menggapai ridha Allah.
"Saya hanya ingin sampai di Baitullah dengan cara yang berbeda. Bagi saya, haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati," ujar Ustadz Katori.
Tantangan di Perjalanan: Visa dan Dukungan Tak Terduga
Saat tiba di Bekasi Utara pada 23 Februari 2025, Ustadz Katori bertemu dengan seorang warga yang terharu melihat tekadnya. Warga tersebut akhirnya menawarkan bantuan dalam pengurusan visa ke Kedutaan Arab Saudi di Jakarta.
Karena perjalanan ini melintasi berbagai negara, Ustadz Katori memang harus memiliki visa dan izin perjalanan resmi. Beberapa pihak kemudian membantu mengurus:
Visa haji di Kedutaan Arab Saudi.
Perjalanan lintas negara, termasuk izin masuk ke Malaysia, Thailand, India, dan negara-negara Timur Tengah yang akan dilaluinya.
Tiket kapal laut dari Tanjung Priok ke Batam, sebagai rute pertama sebelum memasuki jalur darat menuju Mekah.
Pihak Camat Juntinyuat, Rusyad Nurdin, juga ikut memantau perjalanan Ustadz Katori dan mengingatkannya agar tetap menjaga kesehatan selama perjalanan.
"Kami tidak bisa melarang niat beliau, tetapi kami harap semua dokumen dan aspek keselamatan diperhatikan. Ini perjalanan panjang dan membutuhkan kondisi fisik yang prima," ungkapnya.
Misi Spiritual: Haji sebagai Perjalanan Jiwa
Perjalanan haji dengan sepeda bukan sekadar fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang sarat makna. Dalam sejarah Islam, perjalanan haji sering kali ditempuh dengan berjalan kaki atau berkendara sederhana sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.
Sejarah mencatat bahwa:
Banyak jemaah haji dari masa lalu menempuh perjalanan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun demi mencapai Tanah Suci.
Beberapa muslim dari Asia Tengah, Afrika, dan bahkan Indonesia di zaman dulu berjalan kaki hingga ribuan kilometer untuk menunaikan ibadah haji.
Ustadz Katori mengikuti jejak para peziarah terdahulu, tetapi dengan modifikasi modern menggunakan sepeda.
"Saya ingin menunjukkan kepada generasi muda bahwa ibadah haji bukan sekadar soal materi. Jika ada niat, jalan akan selalu terbuka," kata Katori.
Respon Masyarakat: Inspirasi bagi Banyak Orang
Keberangkatan Ustadz Katori tidak hanya menjadi perhatian warga Indramayu, tetapi juga viral di berbagai media sosial. Banyak netizen yang terinspirasi dengan perjuangannya dan memberikan doa serta dukungan.
Di media sosial, berbagai komentar positif bermunculan:
"Subhanallah, semoga Allah melancarkan perjalanan beliau. Perjuangan yang luar biasa!"
"Ustadz Katori membuktikan bahwa haji bukan soal uang, tapi soal niat dan usaha!"
"Semoga selamat sampai tujuan dan bisa kembali ke tanah air dengan selamat. Amin."
Bahkan, beberapa komunitas sepeda dan organisasi keagamaan menyatakan kesiapan mereka untuk mendukung perjalanan Ustadz Katori dengan logistik dan bantuan lainnya.
Apa yang Menanti di Depan?
Setelah menyelesaikan pengurusan visa dan tiket kapal laut, Ustadz Katori akan menempuh perjalanan panjang melintasi berbagai negara sebelum tiba di Arab Saudi. Diperkirakan, ia akan membutuhkan setidaknya 4-6 bulan sebelum mencapai Mekah.
Rutenya akan meliputi:
Indonesia → Malaysia → Thailand → India → Pakistan → Iran → Kuwait → Arab Saudi.
Setelah sampai di Mekah, ia berencana untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji dengan penuh kekhusyukan sebelum kembali ke Indonesia dengan cara yang sama.
Kesimpulan: Perjalanan Iman yang Menginspirasi
Kisah Ustadz Katori bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati dan keimanan. Dengan tekad yang kuat, ia mengajarkan bahwa menjalankan ibadah haji tidak selalu harus dengan kemewahan, tetapi bisa dengan kesederhanaan yang penuh keberkahan.
Masyarakat kini menantikan kelanjutan perjalanan sang ustadz, sambil terus mengirimkan doa agar ia sampai di Tanah Suci dengan selamat.
"Bismillah, dengan sepeda dan doa, saya yakin akan sampai di Baitullah." – Ustadz Katori
Indramayu, Jawa Barat – Semangat untuk menunaikan ibadah haji dapat diwujudkan dengan berbagai cara, tetapi apa yang dilakukan oleh Ustadz Katori (60), seorang warga Desa Segeran Lor, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, benar-benar luar biasa. Dengan tekad bulat dan penuh keikhlasan, ia memilih menempuh perjalanan panjang menuju Tanah Suci menggunakan sepeda ontel kesayangannya.
Perjalanan ini menjadikan Ustadz Katori sebagai orang pertama dari Indramayu, bahkan di Indonesia, yang akan naik haji dengan sepeda. Keberangkatannya pada Kamis, 20 Februari 2025, disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat. Dengan iringan marching band, tabuhan rebana, dan lantunan doa, perjalanan penuh harapan itu pun dimulai.
Awal Perjalanan: Niat Suci dan Persiapan Matang
Ustadz Katori bukan sekadar bersepeda untuk berpetualang, melainkan menjalankan ibadah haji dengan cara yang unik dan penuh perjuangan. Dengan pakaian sederhana, peci putih di kepala, dan sepeda ontel yang telah dimodifikasi untuk perjalanan jauh, ia membawa perlengkapan penting seperti:
Alat perbaikan sepeda untuk mengatasi kendala teknis di perjalanan.
Bekal makanan dan minuman secukupnya untuk menjaga stamina.
Paspor dan dokumen perjalanan lainnya, meskipun sempat mengalami kendala dalam pengurusan visa.
Dalam wawancaranya sebelum berangkat, ia menyampaikan bahwa perjalanan ini adalah wujud pengorbanan dan ketulusan dalam menggapai ridha Allah.
"Saya hanya ingin sampai di Baitullah dengan cara yang berbeda. Bagi saya, haji bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati," ujar Ustadz Katori.
Tantangan di Perjalanan: Visa dan Dukungan Tak Terduga
Saat tiba di Bekasi Utara pada 23 Februari 2025, Ustadz Katori bertemu dengan seorang warga yang terharu melihat tekadnya. Warga tersebut akhirnya menawarkan bantuan dalam pengurusan visa ke Kedutaan Arab Saudi di Jakarta.
Karena perjalanan ini melintasi berbagai negara, Ustadz Katori memang harus memiliki visa dan izin perjalanan resmi. Beberapa pihak kemudian membantu mengurus:
Visa haji di Kedutaan Arab Saudi.
Perjalanan lintas negara, termasuk izin masuk ke Malaysia, Thailand, India, dan negara-negara Timur Tengah yang akan dilaluinya.
Tiket kapal laut dari Tanjung Priok ke Batam, sebagai rute pertama sebelum memasuki jalur darat menuju Mekah.
Pihak Camat Juntinyuat, Rusyad Nurdin, juga ikut memantau perjalanan Ustadz Katori dan mengingatkannya agar tetap menjaga kesehatan selama perjalanan.
"Kami tidak bisa melarang niat beliau, tetapi kami harap semua dokumen dan aspek keselamatan diperhatikan. Ini perjalanan panjang dan membutuhkan kondisi fisik yang prima," ungkapnya.
Misi Spiritual: Haji sebagai Perjalanan Jiwa
Perjalanan haji dengan sepeda bukan sekadar fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang sarat makna. Dalam sejarah Islam, perjalanan haji sering kali ditempuh dengan berjalan kaki atau berkendara sederhana sebagai bentuk pengabdian kepada Allah.
Sejarah mencatat bahwa:
Banyak jemaah haji dari masa lalu menempuh perjalanan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun demi mencapai Tanah Suci.
Beberapa muslim dari Asia Tengah, Afrika, dan bahkan Indonesia di zaman dulu berjalan kaki hingga ribuan kilometer untuk menunaikan ibadah haji.
Ustadz Katori mengikuti jejak para peziarah terdahulu, tetapi dengan modifikasi modern menggunakan sepeda.
"Saya ingin menunjukkan kepada generasi muda bahwa ibadah haji bukan sekadar soal materi. Jika ada niat, jalan akan selalu terbuka," kata Katori.
Respon Masyarakat: Inspirasi bagi Banyak Orang
Keberangkatan Ustadz Katori tidak hanya menjadi perhatian warga Indramayu, tetapi juga viral di berbagai media sosial. Banyak netizen yang terinspirasi dengan perjuangannya dan memberikan doa serta dukungan.
Di media sosial, berbagai komentar positif bermunculan:
"Subhanallah, semoga Allah melancarkan perjalanan beliau. Perjuangan yang luar biasa!"
"Ustadz Katori membuktikan bahwa haji bukan soal uang, tapi soal niat dan usaha!"
"Semoga selamat sampai tujuan dan bisa kembali ke tanah air dengan selamat. Amin."
Bahkan, beberapa komunitas sepeda dan organisasi keagamaan menyatakan kesiapan mereka untuk mendukung perjalanan Ustadz Katori dengan logistik dan bantuan lainnya.
Apa yang Menanti di Depan?
Setelah menyelesaikan pengurusan visa dan tiket kapal laut, Ustadz Katori akan menempuh perjalanan panjang melintasi berbagai negara sebelum tiba di Arab Saudi. Diperkirakan, ia akan membutuhkan setidaknya 4-6 bulan sebelum mencapai Mekah.
Rutenya akan meliputi:
Indonesia → Malaysia → Thailand → India → Pakistan → Iran → Kuwait → Arab Saudi.
Setelah sampai di Mekah, ia berencana untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah haji dengan penuh kekhusyukan sebelum kembali ke Indonesia dengan cara yang sama.
Kesimpulan: Perjalanan Iman yang Menginspirasi
Kisah Ustadz Katori bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan hati dan keimanan. Dengan tekad yang kuat, ia mengajarkan bahwa menjalankan ibadah haji tidak selalu harus dengan kemewahan, tetapi bisa dengan kesederhanaan yang penuh keberkahan.
Masyarakat kini menantikan kelanjutan perjalanan sang ustadz, sambil terus mengirimkan doa agar ia sampai di Tanah Suci dengan selamat.
"Bismillah, dengan sepeda dan doa, saya yakin akan sampai di Baitullah." – Ustadz Katori